RSS

Kamis, 10 Mei 2012

Budaya, Etnis dan Ras dalam analisis Peserta didik


Perolehan Bahasa Kedua.

Ada lebih dari 200 bahasa di amerika, sehingga para pelajar dikategorikan kedalam 3 jenis, yaitu :
1.      ESL (English as a second language) atau Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
2.      LEP (Limited english profiency) atau Bahasa Inggris yang terbatas
3.      ELL (English Language Learners) atau sedang belajar Bahasa Inggris

Menurut penelitian yang ada, 20% pelajar non-amerika tidak bisa menguasai bahasa inggris. Sehingga meninmbulkan apa yang disebut “Ketidaksinambungan Kultural” antara lingkungan rumah dengan sekolah.
Bagaimana anak-anak ini mendekati masalah belajar bahasa inggris? Ini bukan tugas yang mudah, kompetensi komunikatif dalam bahasa apa pun lebih dari sekedar mengetahui pelafalannya, pembentukan katanya dan tata bahasanya. Pengajar juga harus memahami bagaimana norma-norma atau penggunaan bahasa sesuai dengan peran, status sosial dan  berbagai macam situasi yang berbeda.
Orang-orang yang belajar bahasa kedua tidak secara pasif menyerap bahasa baru – mereka harus mendegarkan dengan penuh perhatian. Semua membutuhkan waktu.

Menangani Keanekaragaman Bahasa di kelas.
·       
  Pendekatan Submersion:

Pendidikan pada hal ini sering disebut pendidikan dwi-bahasa. Pengajaran untuk siswa-siswa yang berbahasa selain bahasa inggris mendapat pijakan lebih jauh ditinjau dari hasil putusan makhamah agung 1974 dalam Lau v. Nichols, sebuah gugatan class action yang dibawa oleh siswa-siswa china di San Fransisco melawan distrik di sekolahnya. Mahkamah Agung mengatakan bahwa pengajaran yang disajikan dalam bahasa yang tidak dipahami oleh siswa sama dengan memberikan akses yang sama ke sistem pendidikan. Praktik distrik itu, serperti dengan sistem pendeketakan Submersion (penceburan) yaitu dengan memasukan kelompok LEP (yang mempunyai kemampuan bahasa inggris yang terbatas kedalam beberapa kelas yang reguler menggunakan bahasa inggris tanpa adanya seorang pendamping) jadi para siswa/pelajar LEP diberikan waktu untuk belajar sendiri bahasa inggrisnya. Namun praktik pada pelajar-pelajar china tersebut sudah tidak diberlakukan.
·         
 Pendekatan Traditional Biligual Program

Dalam program ini pengajar mula-mula menggunakan bahasa asli dari siswa (dalam hal ini diluar Bahasa Inggris) dan sedikit demi sedikit penggunaan bahasa inggris ditingkatkan sampai siswa cukup profisien. ESL termasuk dari program ini.

Selain itu, para peneliti juga telah menengarai beberapa metode yang digunakan oleh guru-guru efektif untuk membantu siswa yang minoritas mampu untuk menggunakan bahasa inggris dalam bidang pelajaran lainnya. Allen (1991) melaporkan bahwa guru-guru efektif itu :
1. Menyederhanakan bahasa mereka, menggunakan gerakan tubuh, dan mengaitkan pembicaraan dengan sebuah konteks yang kuat.
2.     Membuat bahasa mudah dipahami dengan selalu ingat akan kebutuhan khusus pelajar
                    3.     Menggunakan bahasa asli dengan bijaksana, bilamana perlu.

Penelitian tentang bagaimana siswa memperoleh bahasa inggris sebagai bahasa kedua seringkali dipaksa mengalah pada berbagai tekanan politik. Banyak orangtua menentang program dwi-bahasa, karena percaya bahwa pendekatan itu memghambat kemajuan anak-anak dalam belajar bahasa inggris.

Perbedaan Gender
Bias gender dan perlakuan berbeda terhadap perempuan masih menjadi masalah dikelas-kelas Amerika. Isu bias gender masih dipertanyakan, apakah perbedaan bersifat alamiah, atau akibat sosialisasi diferensial. Namun dalam beberapa dekade silam, juga ada keprihatinan bahwa anak laki-laki tertinggal dibidang keterampilan verbal dan angka.

Sifat Perbedaan Gender
Ormrod (2000) merangkum tentang perbedaan gender dan implikasinya dalam pendidikan sebagai berikut :
Fitur
Perbedaan/Persamaan
Implikasi untuk Pendidikan
Kemampuan Kognitif
Anak perempuan lebih baik kedalam tugas-tugas verbal, anak laki-laki sedikit lebih baik dalam visual-spasial.
Mengharapkan anak laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan kognitif yang sama.
Fisik
Sebelum pubertas, keduanya memiliki fisik yang sama, namun setelah pubertas anak laki-laki memiliki keunggulan, seperti lebih tinggi dan berotot
Mengasumsikan kedua gender memiliki potensi untuk mengembangkan berbagai keterampilan fisik dan motorik, terutama di sekolah dasar
 Motivasi
Anak perempuan pada umumnya lebih peduli dengan nilai-nilainya, dan cenderung berkerja lebih keras dan rajin.
Mendorong semua gender unggul dalam sebuah subjek. Menghindari steriotipe.

Asal Muasal Perbedaan Gender

Bukti terbaik adalah berasal dari aspek bioligis dan hormon akan mempengaruhi jenis kesukaan pada permainan/minat. Orangtua cenderung lebih kasar saat bermain dengan anak laki-lakinya dan cenderung lebih lembut pada anak perempuannya.

Mengatasi Perbadaan Gender Dikelas

1.      Sadarilah tentang keyakinan dan perilaku anda sendiri.
2.      Pantau frekuensi dan sifat interaksi verbal anda
3.      Pastikan bahwa bahasa dan materi kurikulum anda bebas gender dan berimbang
4.      Berikan tugas-tugas dengan secara berimbang dan adil (equitable)
5.      Tunjukan sikap hormat kepada seluruh siswa dengan cara yang baik, baik itu laki-laki maupun perempuan.



Minggu, 06 Mei 2012

It just an old fuckin dream. Im a pyscopatic wanna be!

terkandang gue mau jadi seorang psycopat yang menawan.

indah pada saat melihat kematian seseorang.

melihatnya mati perlahan-lahan karena kita.



tapi sekarang gue tahu, bahwa menyiksa diri sendiri adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan.

Jumat, 04 Mei 2012

Pengembangan Sistem Instruksional


Hasil Observasi Penggunaan Prinsip Pengembangan Sistem Instruksional pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas VI di SDN 02 Palmeriam Petang

Oleh :
Ayu Sityamurti
1215101945
Kurikulum Teknologi Pendidikan

Profil Sekolah
SDN 02 Palmeriam Petang terletak dikawasan Kayumanis, Matraman, Jakarta Timur. Sekolah ini sudah didirikan sejak tahun 1987. Terdiri dari 2 sekolah dalam satu gedung yaitu SDN 01 Palmeriam Pagi dan SDN 02 Palmeriam Petang itu sendiri. Proses Pembelajaran dimulai sejak pukul 13.00 wib s.d 16.00 (bagi kelas I s.d kelas II) sedangkan untuk kelas III s.d VI pembelajaran dimulai dari pukul 13.00 wib s.d pukul 17.00 wib. Kepala Sekolah pada saat ini adalah Ibu Tri Hartini S.Pd.
Instrumen Pertanyaan dan Jawaban Guru :


Nama
Penggunaan Metode yang Menarik
Kelengakapan Sumber Belajar

Sarana dan fasilitas yang memadai

Adanya rasa memotivasi murid

Pemberian Feedback positif
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Soipah S.Ag








Instrumen Pertanyaan dan Jawaban Siswa :

No

Nama
Penggunaan Metode yang Menarik
Motivasi Ekstrinsik

 Motivasi Instriksik

Suka Pelajaran B.Inggris

Alasan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.
Archie




Pelajaran Bahasa Inggris sangat menarik dan tidak ada hitung-hitungan
2.
Aga




Ibu Gurunya baik tapi belajarnya kecepatan
3.
Halima




Suka sih, tapi aku lebih suka pelajaran matemarika, pelajaran bahasa inggris hanya hafalan kata-kata
4.
Fauziah




Ga suka b.inggris, bukunya Cuma sedikit. Ga Punya kamus juga belajarnya Cuma sedikit.

Dari hasil wawancara pada tanggal 11 April 2012, dapat dijabarkan beberapa penggunaan prinsip pembelajaran pada pelajaran Bahasa Inggris :
Motivasi Belajar
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SDN 02 Palmeriam Petang masih berstatus sebagai jenis pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Tenaga Pendidik yang tersedia hanya satu orang. Sang pendidik harus dengan cerdas membuat trik agar pelajaran Bahasa Inggris bisa cepat dipahami oleh para peserta didik dengan suasana yang menyenangkan. Ibu Roipah S.Ag sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris sering melakukan berbagai trik untuk membuat para peserta didiknya semangat untuk belajar, seperti dengan nyanyian dan saat pemberian reward berupa pujian pada saat peserta didik berhasil menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikannya.

Kondisi Lingkungan Peserta Didik
Pembelajaran tidak hanya akibat dari respon tetapi juga pengaruh kondisi lingkungan peserta didik. Peserta didik di SDN 02 Palmeriam Petang yang terletak dikawasan aliran kali cipinang itu tidak serta merta membuat lingkungan sekolah dan kelas menjadi kondusif. Pesera Didik yang belajar pada waktu siang hari juga sebenarnya tidak terlalu menyukai karena seringkali berkontradiksi dengan perasaan kantuk. Untuk itu, tenaga pendidik pada mata pelajaran Bahasa Inggris disini banyak menggunakan metode dan strategi yang bervariatif, seperti dengan penggunaan rumus-rumus yang mudah diingat pada bab Grammar. Tenaga pendidik disini juga menggunakan metode campuran dalam KBM berdasarkan Student Oriented (siswa sebagai Objek), yaitu dengan nyanyian, gambar-gambar yang menarik, tulisan yang sederhana agar mudah dipahami dsb (by Design). Kondisi lingkungan kelas yang bersatu dengan SDN 01 Palmeriam Pagi membuat tata ruang kelas tidak bisa dibuat semenarik mungkin. Namun hasil prakarya pada pelajaran Bahasa Inggris sedikit dipajang didinding kelas agar peserta didik tidak lupa dengan materi tersebut. Intinya ada beberapa sudut-sudut kelas yang dimanfaatkan untuk wadah belajar peserta didik (by Utilization).

Materi Harus Bermakna dalam Kehidupan Sehari-hari
Rata-rata peserta didik di SDN 02 Palmeriam Petang mempunyai latar belakang ekonomi yang menengah kebawah. Bahasa Inggris yang hanya menjadi Pelajaran Muatan Lokal berusaha mengajarkan materi-materi yang diajarkan agar bisa diterapkan dirumah dan lingkungan peserta didik masing-masing. Salah seorang murid bernama Archie Priadrendradi ketika diwawancarai mengatakan bahwa ia sangat sering menerapkan komunikasi bahasa inggris sederhana dengan keluarganya walaupun hanya kata “Thankyou”,“Ok” dan materi Introdution. Namun untuk penerapan materi-materi setingkat dengan Grammar peserta didik jarang yang menerapkannya.

Pengorganisasian Cara Belajar Peserta Didik Sendiri
Cara belajar peserta didik perindividu sangat berhubungan erat dengan motivasi yang ada pada diri peserta didik tersebut. Karena dari dukungan oleh berbagai pihak, terutama keluarga (Motivasi Ekstrinsik).  Namun motivasi dari dalam diri sendiri masih dirasa kurang dalam berlangsung pembelajaran karena siswa SD sebagian besar belum mandiri.
Pada saat wawancara oleh 4 orang siswa sebagai responden, yaitu Archie Priadrendradi ,Aga Juansyah, Halima dan Fauziah. keeempat siswa ini mengatakan bahwa keluarga sangat mendukung mereka untuk mempelajari Bahasa Inggris walaupun dengan keadaan yang terbatas. Aga Juansyah yang seorang anak Buruh Pabrik sudah dimotivasi oleh orangtuanya dengan cara menyediakan Komputer sebagai sarana untuk belajar. Sedangkan yang lain hanya dengan dukungan sarana yang terbatas namun motivasi dari orangtua mereka masing-masing sangat besar.

Kesimpulan
Secara garis besar, pelajaran Bahasa Inggris di SDN 02 Palmeriam Petang cukup diminati oleh siswa, karena metode yang digunakan adalah metode yang bersenang-senang, memang cocok untuk anak Sekolah Dasar. Namun keterbatasan dalam pemberian materi masih banyak ditemukan di SD tersebut, seperti keterbatasan Sumber Buku dan Referensi bahan Ajar guru dan keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajarannya.
Dari segi pematerinya, Ibu Roipah S.Ag sudah maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada 42 siswanya. Hanya saja waktu kegiatan belajar mengajar kurang dialokasikan dengan baik, sehingga waktu penyampaian yang sulit dipahami siswa kurang mencukupi.