RSS

Sabtu, 13 April 2013

Penelitian Meta Analisis



Pendahuluan
            Diera perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak intelektual menghasilkan berbagai macam penelitian yang beragam. Dari berbagai macam penelitian tersebut terdapat pula penelitian yang dengan hasil penelitian yang berbeda-beda namun tetap homogen. Maka dari itu diperlukannya suatu teknik mutakhir yang dapat digunakan untuk menyelaraskan hasil-hasil penelitian tersebut.

Pengertian
Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika untuk menggabungkan hasil 2 atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Saat ini meta-analisis paling banyak digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat. Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat statistika yang digunakan, karena bias lebih mengancam pada studi observasional dibanding pada uji klinis. Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode  statistik dari beberapa hasil penelitian untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis. 
Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok  eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Karena pada umumnya pembuat meta-analisis tidak memiliki data dasar penelitian, maka praktis dimensi effect size yang digabungkan dalam meta-analisis sama dengan yang dilaporkan dalam artikel yang digabungkan. Skala variabel efek pada meta-analisis dalam literatur kedokteran dapat berskala nominal, numerik, atau ordinal.


Gambar 1. Diagram Venn memperlihatkan hubungan antara tinjauan pustaka, review sistematik, dan meta-analisis.

Tujuan
Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis lainnya, yaitu:
  • Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel
  • Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
  • Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.
Jenis-jenis Meta Analisis
  • Analysis of Moderator Effects
Berikut ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects :

  •  Graphing – OLS regression
  •  Q Stastistics (chi-square test) – WLS regression
  •   Variance analysis – Partition test
  •  Outlier test

  •  Mediator Assessment Methods
Merupakan teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu:

  • Mengkombinasi dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
  •  Studi koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size.

  •  Meta-analisis Kumulatif
Salah satu bentuk meta-analisis yang relatif baru adalah apa yang disebut meta-analisis kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis tidak dinyatakan dalam simpulan akhir, namun dibiarkan `terbuka', menunggu evidence lain dari penelitian serupa yang memenuhi kriteria. Data baru tersebut dimasukkan ke dalam metaanalisis, dan dihitung rasio odds-nya; demikian seterusnya setiap kali ada publikasi terbaru dan memenuhi kriteria pemilihan, data yang tersedia dimasukkan ke dalam meta-analisis. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk studi meta-analisis terhadap suatu topik yang tidak banyak dilaporkan dalam literatur.

Langkah-langkah dalam Penyusunan Meta-analisis
              Meta-analisis dapat dipandang sebagai suatu penelitian tersendiri, termasuk dalam desain studi observasional retrospektif. Bila subyek penelitian klinis adalah pasien, dalam meta-analisis `subyek penelitiannya' adalah hasil penelitian yang akan disertakan dalam meta-analisis. Sama halnya dengan penelitian lain, peneliti (pembuat meta-analisis) harus membuat usulan penelitian yang rinci. Usulan penelitian meta-analisis mencakup :

Tahapan dalam mengerjakan meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Hery, Kartono 2007)
1. menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum
2. memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan
3. mengumpulkan hasil penelitian atau literatur
4. mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian
5. menghiting efek size per sumber atau penelitian
6. menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan

Metode Meta Analisis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan meta analisis:
  1. Glass (1981) = fokus pada deteksi dari moderator variabel.
  2. Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least squares
  3. Rosenthal dan Rubin (1991) = sama seperti Hedges-Olkin, bedanya hanya pada test signifikansi untuk mengkombinasikan effect size
  4. Hunter dan Schmidt (1990) = bedanya dengan yang lain adalah metode ini berusaha mengkoreksi error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan effect study antar studi.
            Teknik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena teknik ini dianggap oleh para peneliti sebagai teknik yang  paling lengkap, karena selain dapat dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter Schimidt dapat juga dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat error of measurement, maupun man made error (artifact) yang lain.
            Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian, terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan penelitian (Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya ada 11 artefak yaitu:
  1. Kesalahan pengambilan sampel
  2. Kesalahan pengukuran pada variabel dependen
  3. Kesalahan pengukuran pada variabel independent
  4. Dikotomi variabel dependen
  5. Dikotomi variabel independent
  6. Variasi rentangan dalam variabel independent
  7. Artefak atrisi
  8. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel dependen
  9. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel independen
  10. Kesalahan pelaporan atau transkripsi
  11. Varians yang disebabkan oleh faktor luar.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan (+)
Penggabungan data dari berbagai studi akan meningkatkan kemampuan generalisasi dan power statistika, sehingga dampak suatu prosedur dapat dinilai lebih lengkap. Namun harus diingat bahwa peningkatan power akan memperbaiki nilai p sehingga perbedaan yang kecil sekali pun dapa tmenjadi bermakna secara statistika; padahal perbedaan tersebut belum tentu penting secara klinis, bagi klinikus yang lebih penting adalah menilai kemaknaan klinis.
Kekurangan (-)
1.      Karena masih dalam taraf pengembangan, masalah metodologi menjadi salah satu kekurangan yang harus diperhatikan bila kita membaca artikel tentang meta-analisis. Hal-hal yang masih merupakan kontroversi dapat dianggap juga merupakan keterbatasan atau kekurangan meta-analisis,termasuk kesesuaian penggabungan data berbagai studi, pemakaian metode statistik, variabilitas antar studi, pengembangan model untuk mengukur variabilitas, dan peran penilaian kualitas studi.
2.      Bias publikasi merupakan masalah yang mengancam pada meta-analisis. Meta-analisis yang hanya mencakup studi yang dipublikasi mungkin tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena banyak studi yang hasilnya negatif tidak dipublikasi atau tidak diusulkan untuk publikasi. Sebaliknya apabila disertakan data yang tidak dipublikasi, harus diyakinkan bahwa sumber datanya tidak mempunyai conflict of interest, dan sumber data yang tidak dipublikasi tersebut harus ditelusur dengan teliti.
           
Kesimpulan
Meta-analisis secara metodologis dianggap sebagai studi observasional retrospektif. Secara ringkas pembuatan meta-analisis terdiri dari 4 langkah, yakni: (1) identifikasi makalah yang akan disertakan dalam meta-analisis; (2)seleksi, yakni penilaian kualitas laporan penelitian, (3) abstraksi, berupa kuantifikasi hasil masing-masing penelitian untuk digabungkan; dan (4)analisis, yakni penggabungan dan pelaporan hasil meta-analisis. Metaanalisis yang dilakukan dengan baik dapat memberi informasi yang lebih definitif tentang hal-hal yang dilaporkan dalam penelitian aslinya, termasuk effect size yang lebih pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit, serta analisis terhadap sub-grup. Sebaliknya metaanalisis yang dilakukan secara kurang cermat dapat memberikan inofrmasi yang menyesatkan kepada klinikus.
Penggunaan analisis statistika juga masih merupakan bahan diskusi yang hangat. Seringkali data yang diperlukan untuk menilai kualitas penelitian tidak lengkap dalam laporan penelitian yang disertakan dalam meta-analisis; untuk mengatasi hal tersebut beberapa jurnal mensyaratkan pengarang untuk menyertakan data dasar hasil penelitiannya. Apakah kecenderungan baru ini, yakni setiap pengirim artikel penelitian harus menyertakan data aslinya, akan berkembang masih memerlukan waktu untuk menilainya. Akhirnya harus diakui bahwa meta-analisis masih kurang diapresiasi oleh para klinikus. Pada umumnya klinikus lebih menghargai satu uji klinis yang besar daripada penggabungan data dari banyak uji klinis kecil yang dilakukan dengan meta-analisis. Di samping itu pemanfaatan hasil meta-analisis dalam tata laksana pasien juga tidak selalu mudah. NNT (number needed to treat) yang dapat dihitung pada hasil akhir meta-analisis juga dinilai oleh banyak pakar sebagai hal yang dapat menyesatkan.


Sumber:
http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/02/15/meta-analisis/