Pendahuluan
Diera perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, banyak intelektual menghasilkan berbagai macam penelitian yang
beragam. Dari berbagai macam penelitian tersebut terdapat pula penelitian yang
dengan hasil penelitian yang berbeda-beda namun tetap homogen. Maka dari itu
diperlukannya suatu teknik mutakhir yang dapat digunakan untuk menyelaraskan
hasil-hasil penelitian tersebut.
Pengertian
Meta-analisis merupakan suatu teknik
statistika untuk menggabungkan hasil 2 atau lebih penelitian sejenis sehingga
diperoleh paduan data secara kuantitatif. Saat ini meta-analisis paling banyak
digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis
desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat.
Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun
akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat
statistika yang digunakan, karena bias lebih mengancam pada studi observasional
dibanding pada uji klinis. Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan
suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat
rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Dengan kata
lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan
angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian untuk
mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang
diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya.
Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah
pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.
Dilihat dari
prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif,
dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi
eksperimental. Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara
kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan
gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik
statistika tertentu. Karena pada umumnya pembuat meta-analisis tidak memiliki
data dasar penelitian, maka praktis dimensi effect size yang digabungkan
dalam meta-analisis sama dengan yang dilaporkan dalam artikel yang digabungkan.
Skala variabel efek pada meta-analisis dalam literatur kedokteran dapat
berskala nominal, numerik, atau ordinal.
Gambar 1.
Diagram Venn memperlihatkan hubungan antara tinjauan pustaka, review sistematik,
dan meta-analisis.
Tujuan
Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian
klinis lainnya, yaitu:
- Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel
- Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
- Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.
Jenis-jenis Meta
Analisis
- Analysis of Moderator Effects
Berikut ini adalah
Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects :
- Graphing – OLS regression
- Q Stastistics (chi-square test) – WLS regression
- Variance analysis – Partition test
- Outlier test
- Mediator Assessment Methods
Merupakan teknik yang
penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk meng-address hubungan
struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari populasi umum mendasari
sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada dua alternatif
pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu:
- Mengkombinasi dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
- Studi koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size.
- Meta-analisis Kumulatif
Salah satu bentuk meta-analisis yang relatif baru
adalah apa yang disebut meta-analisis kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis
tidak dinyatakan dalam simpulan akhir, namun dibiarkan `terbuka', menunggu
evidence lain dari penelitian serupa yang memenuhi kriteria. Data baru tersebut
dimasukkan ke dalam metaanalisis, dan dihitung rasio odds-nya; demikian
seterusnya setiap kali ada publikasi terbaru dan memenuhi kriteria pemilihan,
data yang tersedia dimasukkan ke dalam meta-analisis. Teknik ini biasanya
dipergunakan untuk studi meta-analisis terhadap suatu topik yang tidak banyak
dilaporkan dalam literatur.
Langkah-langkah dalam Penyusunan
Meta-analisis
Meta-analisis
dapat dipandang sebagai suatu penelitian tersendiri, termasuk dalam desain
studi observasional retrospektif. Bila subyek penelitian klinis adalah pasien,
dalam meta-analisis `subyek penelitiannya' adalah hasil penelitian yang akan
disertakan dalam meta-analisis. Sama halnya dengan penelitian lain, peneliti
(pembuat meta-analisis) harus membuat usulan penelitian yang rinci. Usulan
penelitian meta-analisis mencakup :
Tahapan dalam
mengerjakan meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Hery, Kartono 2007)
1. menetapkan
domain penelitian yang akan dirangkum
2. memilih jenis
publikasi yang akan dikumpulkan
3. mengumpulkan
hasil penelitian atau literatur
4. mencatat
data-data (variabel-variabel) penelitian
5. menghiting
efek size per sumber atau penelitian
6.
menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan
Metode
Meta Analisis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melaksanakan meta analisis:
- Glass (1981) = fokus pada deteksi dari moderator variabel.
- Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least squares
- Rosenthal dan Rubin (1991) = sama seperti Hedges-Olkin, bedanya hanya pada test signifikansi untuk mengkombinasikan effect size
- Hunter dan Schmidt (1990) = bedanya dengan yang lain adalah metode ini berusaha mengkoreksi error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan effect study antar studi.
Teknik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena teknik ini dianggap
oleh para peneliti sebagai teknik yang paling lengkap, karena selain
dapat dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter Schimidt dapat
juga dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat error of
measurement, maupun man made error (artifact) yang lain.
Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian, terlebih dahulu
dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan penelitian
(Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya ada 11
artefak yaitu:
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pengukuran pada variabel dependen
- Kesalahan pengukuran pada variabel independent
- Dikotomi variabel dependen
- Dikotomi variabel independent
- Variasi rentangan dalam variabel independent
- Artefak atrisi
- Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel dependen
- Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel independen
- Kesalahan pelaporan atau transkripsi
- Varians yang disebabkan oleh faktor luar.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan (+)
Penggabungan data dari berbagai studi
akan meningkatkan kemampuan generalisasi dan power statistika, sehingga dampak
suatu prosedur dapat dinilai lebih lengkap. Namun harus diingat bahwa
peningkatan power akan memperbaiki nilai p sehingga perbedaan yang kecil sekali
pun dapa tmenjadi bermakna secara statistika; padahal perbedaan tersebut belum
tentu penting secara klinis, bagi klinikus yang lebih penting adalah menilai
kemaknaan klinis.
Kekurangan
(-)
1.
Karena masih dalam taraf pengembangan,
masalah metodologi menjadi salah satu kekurangan yang harus diperhatikan bila
kita membaca artikel tentang meta-analisis. Hal-hal yang masih merupakan
kontroversi dapat dianggap juga merupakan keterbatasan atau kekurangan
meta-analisis,termasuk kesesuaian penggabungan data berbagai studi, pemakaian
metode statistik, variabilitas antar studi, pengembangan model untuk mengukur
variabilitas, dan peran penilaian kualitas studi.
2.
Bias publikasi merupakan masalah yang
mengancam pada meta-analisis. Meta-analisis yang hanya mencakup studi yang
dipublikasi mungkin tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena banyak
studi yang hasilnya negatif tidak dipublikasi atau tidak diusulkan untuk
publikasi. Sebaliknya apabila disertakan data yang tidak dipublikasi, harus
diyakinkan bahwa sumber datanya tidak mempunyai conflict of interest, dan
sumber data yang tidak dipublikasi tersebut harus ditelusur dengan teliti.
Kesimpulan
Meta-analisis secara metodologis dianggap
sebagai studi observasional retrospektif. Secara ringkas pembuatan
meta-analisis terdiri dari 4 langkah, yakni: (1) identifikasi makalah yang akan disertakan dalam meta-analisis;
(2)seleksi, yakni penilaian kualitas laporan penelitian, (3) abstraksi, berupa kuantifikasi
hasil masing-masing penelitian untuk digabungkan; dan (4)analisis, yakni
penggabungan dan pelaporan hasil meta-analisis. Metaanalisis yang dilakukan dengan
baik dapat memberi informasi yang lebih definitif tentang hal-hal yang
dilaporkan dalam penelitian aslinya, termasuk effect size yang lebih
pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit, serta analisis terhadap
sub-grup. Sebaliknya metaanalisis yang dilakukan secara kurang cermat dapat
memberikan inofrmasi yang menyesatkan kepada klinikus.
Penggunaan analisis statistika juga masih
merupakan bahan diskusi yang hangat. Seringkali data yang diperlukan untuk
menilai kualitas penelitian tidak lengkap dalam laporan penelitian yang
disertakan dalam meta-analisis; untuk mengatasi hal tersebut beberapa jurnal
mensyaratkan pengarang untuk menyertakan data dasar hasil penelitiannya. Apakah
kecenderungan baru ini, yakni setiap pengirim artikel penelitian harus menyertakan
data aslinya, akan berkembang masih memerlukan waktu untuk menilainya. Akhirnya
harus diakui bahwa meta-analisis masih kurang diapresiasi oleh para klinikus.
Pada umumnya klinikus lebih menghargai satu uji klinis yang besar daripada
penggabungan data dari banyak uji klinis kecil yang dilakukan dengan
meta-analisis. Di samping itu pemanfaatan hasil meta-analisis dalam tata
laksana pasien juga tidak selalu mudah. NNT (number needed to treat) yang
dapat dihitung pada hasil akhir meta-analisis juga dinilai oleh banyak pakar
sebagai hal yang dapat menyesatkan.
Sumber:
http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/02/15/meta-analisis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar