Jumat, 25 Mei 2012
Kamis, 10 Mei 2012
Budaya, Etnis dan Ras dalam analisis Peserta didik
Perolehan Bahasa Kedua.
Ada lebih dari 200 bahasa di
amerika, sehingga para pelajar dikategorikan kedalam 3 jenis, yaitu :
1. ESL
(English as a second language) atau Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
2. LEP
(Limited english profiency) atau Bahasa Inggris yang terbatas
3. ELL
(English Language Learners) atau sedang belajar Bahasa Inggris
Menurut penelitian yang ada, 20%
pelajar non-amerika tidak bisa menguasai bahasa inggris. Sehingga meninmbulkan
apa yang disebut “Ketidaksinambungan Kultural” antara lingkungan rumah dengan
sekolah.
Bagaimana anak-anak ini mendekati
masalah belajar bahasa inggris? Ini bukan tugas yang mudah, kompetensi
komunikatif dalam bahasa apa pun lebih dari sekedar mengetahui pelafalannya,
pembentukan katanya dan tata bahasanya. Pengajar juga harus memahami bagaimana
norma-norma atau penggunaan bahasa sesuai dengan peran, status sosial dan berbagai macam situasi yang berbeda.
Orang-orang yang belajar bahasa
kedua tidak secara pasif menyerap bahasa baru – mereka harus mendegarkan dengan
penuh perhatian. Semua membutuhkan waktu.
Menangani Keanekaragaman Bahasa di kelas.
·
Pendekatan
Submersion:
Pendidikan
pada hal ini sering disebut pendidikan dwi-bahasa. Pengajaran untuk siswa-siswa
yang berbahasa selain bahasa inggris mendapat pijakan lebih jauh ditinjau dari
hasil putusan makhamah agung 1974 dalam Lau
v. Nichols, sebuah gugatan class action yang dibawa oleh siswa-siswa china
di San Fransisco melawan distrik di sekolahnya. Mahkamah Agung mengatakan bahwa
pengajaran yang disajikan dalam bahasa yang tidak dipahami oleh siswa sama
dengan memberikan akses yang sama ke sistem pendidikan. Praktik distrik itu,
serperti dengan sistem pendeketakan Submersion (penceburan) yaitu dengan
memasukan kelompok LEP (yang mempunyai kemampuan bahasa inggris yang terbatas
kedalam beberapa kelas yang reguler menggunakan bahasa inggris tanpa adanya
seorang pendamping) jadi para siswa/pelajar LEP diberikan waktu untuk belajar
sendiri bahasa inggrisnya. Namun praktik pada pelajar-pelajar china tersebut
sudah tidak diberlakukan.
·
Pendekatan
Traditional Biligual Program
Dalam
program ini pengajar mula-mula menggunakan bahasa asli dari siswa (dalam hal
ini diluar Bahasa Inggris) dan sedikit demi sedikit penggunaan bahasa inggris
ditingkatkan sampai siswa cukup profisien. ESL termasuk dari program ini.
Selain itu,
para peneliti juga telah menengarai beberapa metode yang digunakan oleh
guru-guru efektif untuk membantu siswa yang minoritas mampu untuk menggunakan
bahasa inggris dalam bidang pelajaran lainnya. Allen (1991) melaporkan bahwa
guru-guru efektif itu :
1. Menyederhanakan
bahasa mereka, menggunakan gerakan tubuh, dan mengaitkan pembicaraan dengan
sebuah konteks yang kuat.
2. Membuat
bahasa mudah dipahami dengan selalu ingat akan kebutuhan khusus pelajar
3. Menggunakan
bahasa asli dengan bijaksana, bilamana perlu.
Penelitian tentang bagaimana siswa
memperoleh bahasa inggris sebagai bahasa kedua seringkali dipaksa mengalah pada
berbagai tekanan politik. Banyak orangtua menentang program dwi-bahasa, karena
percaya bahwa pendekatan itu memghambat kemajuan anak-anak dalam belajar bahasa
inggris.
Perbedaan Gender
Bias gender dan perlakuan berbeda
terhadap perempuan masih menjadi masalah dikelas-kelas Amerika. Isu bias gender
masih dipertanyakan, apakah perbedaan bersifat alamiah, atau akibat sosialisasi
diferensial. Namun dalam beberapa dekade silam, juga ada keprihatinan bahwa
anak laki-laki tertinggal dibidang keterampilan verbal dan angka.
Sifat Perbedaan Gender
Ormrod (2000) merangkum tentang
perbedaan gender dan implikasinya dalam pendidikan sebagai berikut :
Fitur
|
Perbedaan/Persamaan
|
Implikasi untuk Pendidikan
|
Kemampuan Kognitif
|
Anak perempuan lebih baik kedalam tugas-tugas verbal, anak laki-laki
sedikit lebih baik dalam visual-spasial.
|
Mengharapkan anak laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan kognitif
yang sama.
|
Fisik
|
Sebelum pubertas, keduanya memiliki fisik yang sama, namun setelah
pubertas anak laki-laki memiliki keunggulan, seperti lebih tinggi dan berotot
|
Mengasumsikan kedua gender memiliki potensi untuk mengembangkan
berbagai keterampilan fisik dan motorik, terutama di sekolah dasar
|
Motivasi
|
Anak perempuan pada umumnya lebih peduli dengan nilai-nilainya, dan
cenderung berkerja lebih keras dan rajin.
|
Mendorong semua gender unggul dalam sebuah subjek. Menghindari
steriotipe.
|
Asal Muasal Perbedaan Gender
Bukti terbaik adalah berasal dari
aspek bioligis dan hormon akan mempengaruhi jenis kesukaan pada
permainan/minat. Orangtua cenderung lebih kasar saat bermain dengan anak
laki-lakinya dan cenderung lebih lembut pada anak perempuannya.
Mengatasi Perbadaan Gender Dikelas
1. Sadarilah
tentang keyakinan dan perilaku anda sendiri.
2. Pantau
frekuensi dan sifat interaksi verbal anda
3. Pastikan
bahwa bahasa dan materi kurikulum anda bebas gender dan berimbang
4. Berikan
tugas-tugas dengan secara berimbang dan adil (equitable)
5. Tunjukan
sikap hormat kepada seluruh siswa dengan cara yang baik, baik itu laki-laki
maupun perempuan.
Minggu, 06 Mei 2012
It just an old fuckin dream. Im a pyscopatic wanna be!
terkandang gue mau jadi seorang psycopat yang menawan.
indah pada saat melihat kematian seseorang.
melihatnya mati perlahan-lahan karena kita.
tapi sekarang gue tahu, bahwa menyiksa diri sendiri adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan.
indah pada saat melihat kematian seseorang.
melihatnya mati perlahan-lahan karena kita.
tapi sekarang gue tahu, bahwa menyiksa diri sendiri adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan.
Jumat, 04 Mei 2012
Pengembangan Sistem Instruksional
Hasil Observasi Penggunaan Prinsip Pengembangan
Sistem Instruksional pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas VI di SDN 02
Palmeriam Petang
Oleh :
Ayu Sityamurti
1215101945
Kurikulum
Teknologi Pendidikan
Profil Sekolah
SDN 02 Palmeriam Petang terletak dikawasan Kayumanis,
Matraman, Jakarta Timur. Sekolah ini sudah didirikan sejak tahun 1987. Terdiri
dari 2 sekolah dalam satu gedung yaitu SDN 01 Palmeriam Pagi dan SDN 02
Palmeriam Petang itu sendiri. Proses Pembelajaran dimulai sejak pukul 13.00 wib
s.d 16.00 (bagi kelas I s.d kelas II) sedangkan untuk kelas III s.d VI
pembelajaran dimulai dari pukul 13.00 wib s.d pukul 17.00 wib. Kepala Sekolah
pada saat ini adalah Ibu Tri Hartini S.Pd.
Instrumen Pertanyaan dan Jawaban Guru
:
Nama
|
Penggunaan Metode
yang Menarik
|
Kelengakapan Sumber
Belajar
|
Sarana dan
fasilitas yang memadai
|
Adanya rasa
memotivasi murid
|
Pemberian Feedback
positif
|
||||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||
Soipah S.Ag
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||
Instrumen Pertanyaan dan Jawaban Siswa
:
No
|
Nama
|
Penggunaan Metode
yang Menarik
|
Motivasi Ekstrinsik
|
Motivasi Instriksik
|
Suka Pelajaran
B.Inggris
|
Alasan
|
||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
Archie
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Pelajaran Bahasa Inggris sangat menarik dan tidak ada
hitung-hitungan
|
||||
2.
|
Aga
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Ibu Gurunya baik tapi belajarnya kecepatan
|
||||
3.
|
Halima
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Suka sih, tapi aku lebih suka pelajaran matemarika,
pelajaran bahasa inggris hanya hafalan kata-kata
|
||||
4.
|
Fauziah
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Ga suka b.inggris, bukunya Cuma sedikit. Ga Punya kamus
juga belajarnya Cuma sedikit.
|
Dari
hasil wawancara pada tanggal 11 April 2012, dapat dijabarkan beberapa
penggunaan prinsip pembelajaran pada pelajaran Bahasa Inggris :
Motivasi Belajar
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SDN 02 Palmeriam
Petang masih berstatus sebagai jenis pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Tenaga
Pendidik yang tersedia hanya satu orang. Sang pendidik harus dengan cerdas
membuat trik agar pelajaran Bahasa Inggris bisa cepat dipahami oleh para
peserta didik dengan suasana yang menyenangkan. Ibu Roipah S.Ag sebagai guru
mata pelajaran Bahasa Inggris sering melakukan berbagai trik untuk membuat para
peserta didiknya semangat untuk belajar, seperti dengan nyanyian dan saat pemberian
reward berupa pujian pada saat peserta didik berhasil menyelesaikan suatu
permasalahan yang diberikannya.
Kondisi Lingkungan Peserta Didik
Pembelajaran tidak hanya akibat dari respon tetapi juga
pengaruh kondisi lingkungan peserta didik. Peserta didik di SDN 02 Palmeriam
Petang yang terletak dikawasan aliran kali cipinang itu tidak serta merta
membuat lingkungan sekolah dan kelas menjadi kondusif. Pesera Didik yang
belajar pada waktu siang hari juga sebenarnya tidak terlalu menyukai karena
seringkali berkontradiksi dengan perasaan kantuk. Untuk itu, tenaga pendidik
pada mata pelajaran Bahasa Inggris disini banyak menggunakan metode dan strategi
yang bervariatif, seperti dengan penggunaan rumus-rumus yang mudah diingat pada
bab Grammar. Tenaga pendidik disini
juga menggunakan metode campuran dalam KBM berdasarkan Student Oriented (siswa
sebagai Objek), yaitu dengan nyanyian, gambar-gambar yang menarik, tulisan yang
sederhana agar mudah dipahami dsb (by Design). Kondisi lingkungan kelas yang
bersatu dengan SDN 01 Palmeriam Pagi membuat tata ruang kelas tidak bisa dibuat
semenarik mungkin. Namun hasil prakarya pada pelajaran Bahasa Inggris sedikit dipajang
didinding kelas agar peserta didik tidak lupa dengan materi tersebut. Intinya
ada beberapa sudut-sudut kelas yang dimanfaatkan untuk wadah belajar peserta
didik (by Utilization).
Materi Harus Bermakna dalam Kehidupan Sehari-hari
Rata-rata peserta didik di SDN 02 Palmeriam Petang
mempunyai latar belakang ekonomi yang menengah kebawah. Bahasa Inggris yang
hanya menjadi Pelajaran Muatan Lokal berusaha mengajarkan materi-materi yang
diajarkan agar bisa diterapkan dirumah dan lingkungan peserta didik masing-masing.
Salah seorang murid bernama Archie Priadrendradi ketika diwawancarai mengatakan
bahwa ia sangat sering menerapkan komunikasi bahasa inggris sederhana dengan
keluarganya walaupun hanya kata “Thankyou”,“Ok” dan materi Introdution. Namun untuk penerapan materi-materi setingkat dengan Grammar peserta didik jarang yang
menerapkannya.
Pengorganisasian Cara Belajar Peserta Didik Sendiri
Cara belajar peserta didik perindividu sangat
berhubungan erat dengan motivasi yang ada pada diri peserta didik tersebut.
Karena dari dukungan oleh berbagai pihak, terutama keluarga (Motivasi
Ekstrinsik). Namun motivasi dari dalam
diri sendiri masih dirasa kurang dalam berlangsung pembelajaran karena siswa SD
sebagian besar belum mandiri.
Pada saat wawancara oleh 4 orang siswa sebagai
responden, yaitu Archie Priadrendradi ,Aga Juansyah, Halima dan Fauziah. keeempat
siswa ini mengatakan bahwa keluarga sangat mendukung mereka untuk mempelajari
Bahasa Inggris walaupun dengan keadaan yang terbatas. Aga Juansyah yang seorang
anak Buruh Pabrik sudah dimotivasi oleh orangtuanya dengan cara menyediakan
Komputer sebagai sarana untuk belajar. Sedangkan yang lain hanya dengan
dukungan sarana yang terbatas namun motivasi dari orangtua mereka masing-masing
sangat besar.
Kesimpulan
Secara garis besar, pelajaran Bahasa Inggris di SDN 02
Palmeriam Petang cukup diminati oleh siswa, karena metode yang digunakan adalah
metode yang bersenang-senang, memang cocok untuk anak Sekolah Dasar. Namun
keterbatasan dalam pemberian materi masih banyak ditemukan di SD tersebut,
seperti keterbatasan Sumber Buku dan Referensi bahan Ajar guru dan keterbatasan
sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajarannya.
Dari segi pematerinya, Ibu Roipah S.Ag sudah maksimal dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada 42 siswanya. Hanya saja waktu kegiatan belajar mengajar kurang
dialokasikan dengan baik, sehingga waktu penyampaian yang sulit dipahami siswa
kurang mencukupi.
Langganan:
Postingan (Atom)